Sebut saja pohon kehidupan,dari tunas-tunas muda harapan. Ranting-ranting masalah yang rumit dan bercabang. Ada pula pelepah doa sebagai penyangga daun sebelum masanya gugur bertebaran.
Berakhir seperti ini kita? |
Sebut saja pohon kehidupan. Daun-daun bergilir berguguran dari tangkainya, melayang bebas terbawa angin-angin kematian. Kemudian menyentuh tanah, kering, getas, rusak. Sampai tak lagi bernama. Tidak adalagi yang peduli kecuali mulut-mulut mungil bakteri pengurai raga tak bernyawa.
Sebut saja pohon kehidupan. Setiap saat ia kehilangan satu bagian dari tubuhnya. Terlepas, terhempas dan terkulai. Sampai pohon itu tak lagi menyemai nama. Ikut roboh terlupakan, bumi tempatnya berpijak lupa bahwa ia pernah ada.
Bukankah dunia adalah pohon kehidupan. Dengan gurat-gurat takdir yang tergambar jelas di atas kertas-kertas, kalam Tuhan. Ada masa pohon-pohon yang menjulang itu terbujur di atas tanah. Rerumputan di sekitarnya lupa, kalau yang terbaring itu pernah menjadi payung peneduh. Orang-orang yang berjalan di sekitar mungkin juga lupa, pohon yang berdiameter besar itu pernah rimbun dan menghalangi cahaya sang surya. Sayang sekali bukan?
Pohon itu tidaklah beruntung, terus menerus tumbuh menjulang tinggi, tetap berakhir dengan terebah di tanah. Kecuali pohon lain yang lebih beruntung, sedikit banyak diingat sekitarnya. Jika pohon itu pernah menghasilkan buah yang manis. Itu pun sebentar, tidaklah lama. Bukankah semua rasa buah-buahan yang sejenis itu sama?
Bukankah dunia ini adalah pohon kehidupan? suatu saat akan terebah jua. Bukankah kita semua ini adalah pohon kehidupan? bedanya hanya bisa berjalan, berpindah tempat. Hanya sebagian kecil yang beruntung, ingat sebelum tumbang susah payah menghasilkan yang manis. Yang akan dikenang, bahwa pohon yang bisa berjalan ini pernah ada dan banyak berguna.
Sebut saja pohon kehidupan. Dengan ranting-ranting yang runcing tak lagi berdaun muda. Dengan dahan yang sudah retak nyaris terbelah. Mungkin itulah akhir dunia, akhir dari pohon kehidupan. Tempat daun-daun ranum dulu menumpang. Sampai kembali kepada Tuhannya.
*Geist!
Sebut saja pohon kehidupan. Setiap saat ia kehilangan satu bagian dari tubuhnya. Terlepas, terhempas dan terkulai. Sampai pohon itu tak lagi menyemai nama. Ikut roboh terlupakan, bumi tempatnya berpijak lupa bahwa ia pernah ada.
Bukankah dunia adalah pohon kehidupan. Dengan gurat-gurat takdir yang tergambar jelas di atas kertas-kertas, kalam Tuhan. Ada masa pohon-pohon yang menjulang itu terbujur di atas tanah. Rerumputan di sekitarnya lupa, kalau yang terbaring itu pernah menjadi payung peneduh. Orang-orang yang berjalan di sekitar mungkin juga lupa, pohon yang berdiameter besar itu pernah rimbun dan menghalangi cahaya sang surya. Sayang sekali bukan?
Pohon itu tidaklah beruntung, terus menerus tumbuh menjulang tinggi, tetap berakhir dengan terebah di tanah. Kecuali pohon lain yang lebih beruntung, sedikit banyak diingat sekitarnya. Jika pohon itu pernah menghasilkan buah yang manis. Itu pun sebentar, tidaklah lama. Bukankah semua rasa buah-buahan yang sejenis itu sama?
Bukankah dunia ini adalah pohon kehidupan? suatu saat akan terebah jua. Bukankah kita semua ini adalah pohon kehidupan? bedanya hanya bisa berjalan, berpindah tempat. Hanya sebagian kecil yang beruntung, ingat sebelum tumbang susah payah menghasilkan yang manis. Yang akan dikenang, bahwa pohon yang bisa berjalan ini pernah ada dan banyak berguna.
Sebut saja pohon kehidupan. Dengan ranting-ranting yang runcing tak lagi berdaun muda. Dengan dahan yang sudah retak nyaris terbelah. Mungkin itulah akhir dunia, akhir dari pohon kehidupan. Tempat daun-daun ranum dulu menumpang. Sampai kembali kepada Tuhannya.
Kertas berawal dari gulungan batang pohon. Menjadi berlembar-lembar yang lebih mulia. Lalu dari manakah asal kita? Dan sudah menjadi apa?
*Geist!
Anggap saja pohon kehidupan :)
BalasHapusYahaaaa..... :D
HapusThis inspires me in some way.
BalasHapusSusunan kalimatnya indah sekali :)
P.S.
Long time no here bang uzay!
Ganti link baru?
Yupz! thankiw Aul..
HapusAssalamu'alaikum, Zy...
BalasHapusKoq poto profilnya jadi murung....
Gingsulnya manaaa manaaa.... Senyum dong :D
Wa'alaikum salam.
HapusAda masih ada dua :D
Eh itu murung ya? bukannya merenung?
saya dari segumpal tanah, dan akan kembali dalam bentuk tanah berulat.
BalasHapusdan saya tetap akan tidak tersadar sampai tiba waktunya? nggak lah yaw, Insya Allah mari kita tersadar bersama.
Harus ya bang, harus! *ngomongsamacermin
HapusPohon dan berbagai tanaman lainnya, "Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu
BalasHapusmenjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penananam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang -orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar" - so, ada bedanya -
Begitu ya :)
HapusIni sekedar mencoba menganalogikan pohon dan manusia. Sama-sama berakhir tumbang toh. Cuma tumbangnya yang berbeda. manusia tentu lebih punya akal agar nggak sekedar tumbang sia-sia. Terima kasih ulasannya :)
berkunjung for the first time :p
BalasHapusYahaaaa...
Hapussaya dari ulat bang, berubah jadi kepompong, trus jadi kupu-kupu..
BalasHapus*ceritanya yang ngomong foto profil :p
Kalau begitu kepakan sayapmu terus :D
Hapuskeyeeen :3
BalasHapushey? kemana aja?
Hapussudah jadi apa ya?
BalasHapushmmm *mikir
Sudah menginspirasi banyak orang :) *ngasih jawaban
Hapushmm..
BalasHapusjadi kepikiran bakalan gimana orang-orang mengenang Ika kelak?
kayaknya suka galau dan jarang mandi Ka :P
Hapus