Ada baris kata yang terbata-bata terucap. Dari
amunisi huruf-huruf keraguan. Samar terdengar, lebih terasa bergetar.
Lebih banyak tercekat di tenggorokan. Kata yang mewakili perasaan yang
tak terungkap.
Ada nada kata yang melengking nyaring. Dari
irama huruf-huruf kemantapan. Jelas terdengar. Lebih lantang dan jernih.
Kata yang mewakili ungkapan riang rasa yang tersambut pinangan.
Ada kata yang lebih banyak tersipu malu. Dari wajah-wajah huruf pendiam
membisu. Lebih dalam dari segala macam kalimat menyentuh. Kata yang bermuara
satu menuju sungai para pendoa. Dalam, setulus jiwa. Kata yang mewakili ungkapan harapan.
Ada kata yang sejak pertama berbunyi, membuat rasa jatuh
cinta. Dari ilusi-ilusi huruf yang memikat hati. Memvisualkan
buaian-buaian merdu si penenun rindu. Lebih merona dari wajah memerah
gadis yang baru disentuh cinta. Lebih membelenggu si perasa hati,
pelukis mimpi, penunggu senja, penyapa pagi, dan semua makhluk yang
pernah mengeja kata. Aksara-aksara kata yang membuat aku jatuh. Noktah-noktah kalimat yang mewakili juraian rasa cinta.
Ada kata yang huruf-hurufnya tergugu. Bergetar hebat menunggu kalimat waktu terbaca. Dari melodi-melodi tulisan yang membuaikan angan pertemuan. Dari labirin kata yang tersekat oleh jarak. Kata yang meminta waktu melaju lebih cepat dari biasanya. Kata yang menghubungkan aliran rindu bertemu dengan si penunggu rindu.
Tapi, ada pasukan kata yang begitu getir di ujung kalimat. Dari huruf-huruf pahit dan melinukan. Nada-nada kata yang tercemari gas pembunuh perasaan. Lebih pekat dari kalimat-kalimat kasar yang pernah terlontar. Lebih tajam dari kisah-kisah pedih menyakitkan. Kata yang mewakili ungkapan kenyataan. Kejujuran di ujung lidah pahit. Membangunkan kesadaran yang mati suri karena sebuah kata kebohongan.
Pada akhirnya, kata demi kata berjalan beriringan menuju muara kisah yang sama. Tempat semua cerita-cerita berlayar membawa harapannya. Tempat para penari luka melenggokkan ketegarannya di atas cadas batu kenyataan. Di sana berkubang jutaan airmata bahagia berwarna merah jambu. Bertetangga dengan airmata sesak berwarna putih pucat. Tempat semua kisah menentukan epilog ceritanya.
Bagaimana pun kata menyimpulkan ceritanya, aku tetap harus berterima kasih kepada kata. Ia berhasil membuat aku jatuh cinta kepada tulisan. Tulisan sederhana pembawa pesan-pesan kebahagiaan. Tentang aku, kamu dan mereka.
ga begitu paham sama maksud tulisanmu zay,,, *mangap
BalasHapusSudah terbaca sempurna kah? Kadang kata-kata pandai menyimpan rahasia mereka, terselip meski di ujung titik terakhir, atau spasi dan koma. *abaikan :P
HapusThe power of word, dan kata itu bermuara kepada satu yaitu kata itu sendiri. Tapi terkadang kita lupa dengan kata yang biasanya tidak kita sangka. Makna tulisan yang sangat luar biasa ..
BalasHapusKata yang suka menusuk dari belakanga perasaan ya #eh....
HapusBang, gimana sih bikin kata-kata tingkat tinggi kayak gitu?? keren bang. :D
BalasHapusAh kamu ini, lupa ya kamu juga bisa menulis lebih dari ini?
HapusBanyakin baca, banyak nulis nulis, belajar nulis juga dari blog, belajar juga dari kamu dan temen-temen blog lain waktu BW. Liat aja awal-awal ngeblog EYDnya berantakan banget blog ini. Pokoknya jangan berenti nulis-nulis nulis. Nulis menyenangkaaaaaaan :P
terima kasih juga kepada kata :)
BalasHapusi love writiiiiimg :D
semoga bisa secanggih bang Ujay nulisnya :D
Harus paling canggih Ka mumpung masih di bangku sekolah. Masih punya guru bahasa. Dan jangan lupa kalau sore ........ *layar langsung gelap
Hapuskalau sore nonton on de spot :D
Hapuspantessss...
Hapusbetul sekali, kadang kata-kata tajamnya melebih pedang. Kata-kata yang menjadi pembunuh secara perlahan-lahan.
BalasHapusKata yang keluar dari lidah yang tak terjaga ya bang :D
Hapus(lagi-lagi) terhanyut dalam tulisan seorang uzay
BalasHapusAduuuuh di sini nggak ada pelampung kakak, jadi jangan sampe hanyut hehe... *canda
Hapus