Malam ini langit tidak menunjukan sisi pekatnya, apalagi kalau bukan rembulan cantik yang menemani sedang menebarkan senyum. Umm... rasanya awan-awan rapuh di sekelilingnya pun tidak akan menaburkan rindunya. Lihat saja wajah langit sedang sumringah, jadi tidak ada alasan untuknya menangis, atau sekedar membiarkan tetesan hujan menyentuh bumi yang sedang lapang dan tenang.
Tinggal aku yang berada di antara keduanya, masih harus mengumpulkan keberanian. Tiba-tiba merasakan rindu, tenggelam dalam lautan kata yang berisi tentangmu, sudah lebih dari sepekan folder khusus itu tidak terjamah. Hanya di biarkan mati di dalam memori. Untuk sekedar menengoknya saja aku sudah ketakutan, takut akan terbawa kenangan yang sempat aku redakan itu. Dan sekali saja aku membukanya, akan kembali lahir berlembar-lembar kata yang sampai saat ini aku tak tahu kapan menuju ending-nya. Tapi kali ini rasanya aku ingin sekali bermanja dengan kisah-kisah tentangmu yang aku selalu tulis, seperti dulu menuliskan lembaran-lembaran tentangmu, membacanya kembali, dan kemudian nanti mengenangnya lagi.
Seiring bersamamu aku rasa yang namanya rindu itu punya tingkatan, paling berat jika sudah sampai fase BUTUH. Dan semakin hari, seiring waktu melaju efeknya pun meningkat. Dari mulai biasa-biasa saja sambil senyum-senyum menanti sekedar kabar, lalu bertambah hari jadi meningkat resah dan mulai kehilangan lekuk senyum. Sampai masa hati tidak tenang, perasaan gelisah tak menentu. Dan berujung lelah tak mampu berkata apa-apa lagi untuk sekedar bertanya 'Kapan kamu menengok rindu ini?' dan yang paling aku khawatirkan adalah ketika rindu itu akhirnya memuai entah ke mana. Karena kamu tidak juga menyapanya. Mungkin saat itu aku sudah kehilangan selera untuk merindu.
Bukankah yang timbal balik itu menyenangkan? ketika merindu di rindui, mencintai di cintai, menyayangi di sayangi, melindungi di lindungi, dan saling mengerti di hati. Lalu kenapa kamu justru milih menyendiri dalam kubangan sepi? Mari kembali biar perputaran itu stabil dan timbal balik saling memberi salam lagi.
Pertengkaran kecil kemarin tidak sebanding dengan masa-masa perjalanan yang terlewat. Batu sandungan itu hanya kerikil untuk pengingat bahwa kita sedang berjalan beriring, dengan dua ego yang berbeda. Jadi untuk apa berkabung, rembulan saja tidak sedang murung. Masih ada alasan bersedih saat sekitarmu saja tak tunjukan peluh. Sampai kapan kamu menyepi, lihat mereka mencarimu peduli. Lalu untuk apa kamu menangis, bukankah airmata itu lelah menari-nari sejak pagi. Gimana kalau kamu senyum, rasanya langit sedang membutuhkan itu. Langit hatimu.
Hari ini, esok dan nanti dengan orang yang sama. Wow! Meskipun pastinya grafik hidup mengalami naik turun. Kadang meningkat senang atau menurun di kubangan sedih. Tapi rasanya jika itu di jalani denganmu, aku tidak keberatan. Selama itu masih bisa di bagi berdua dalam suka dukanya. Toh kebersamaan kita itu sudah cukup jadi alasan untukku bahagia. Meskipun kebersamaan yang di jalin sekarang belum punya garansi resmi 'tuk akhirnya hidup berdua sampai tua. Toh banyak alasan yang menggoda perpisahan 'tuk menyapa. Lalu bagaimana dengan mereka yang jalan berdampingan tapi tidak pernah ada tujuan? rasa-rasanya perpisahan ikut beriringan di sampingnya. Setidaknya kita berjalan dengan adanya tujuan bukan?
Untuk bertahan menapaki tiap jengkal lembaran hidup rasanya kita selalu bertemu degan namanya alasan. Meskipun bisa saja ada bagian yang tak perlu alasan itu. Seperti aku yang masih bertahan di sini untukmu, padahal bisa saja aku pergi, tapi nyatanya alasanku ada karena MAU bukan karena BISA. Buktinya di sini masih saja jadi rumahmu. Lalu untuk apa kita di pertemukan? Tidak ada yang tahu. Mungkin ada rencana di belakangnya. Atau ada masa depan menantinya. Yang pasti esok masih misteri tidak ada yang benar-benar tahu kapan harus pergi atau kembali.
Aku rasa kidung cinta tidak mudah untuk di jinakan. Karena bukan kuasa kita untuk membolak balikan hati. Jadi sederhanakan saja rasanya atau di dewasakan. Aku rasa tidak semua bunga rindu akan cepat berputik, apalagi jika datang dari sebelah arah saja. Nikmati saja, sampai sarinya perlahan memuai. Karena jika di tekan akan lebih menyakitkan bukan? Dan biarlah resahku di reda oleh sebait doa untukmu. Dan pemilikmu yang akan menjaga dengan kelembutan-Nya.