dari sini |
"Sedang apa kamu ay? sepertinya sibuk sekali. Padahal baru saja sampai rumah!" tanya Risa melihat Aya sedang asyik dengan penanya. Padahal belum ada 30 menit keduanya beristirahat, setelah menempuh perjalanan cukup panjang hari ini. Melakukan observasi ke sebuah desa untuk tugas akhir kuliahnya.
"Owh, ini lagi mencoba mengabadikan kenangan hari ini dengan tulisan." Detik tiap detik yang di lewati terangkum sempurna di sebundel kertas.
"Kenangan apa? Untuk apa?" Risa tidak mengerti maksud sepupunya itu.
"Ya setiap jengkal perjalanan yang sudah kita lalui hari ini. Untuk apa? aku ingin saat tua nanti kita akan terkenang bahwa hari ini pernah kita lewati. Dan kita nyata berada di dalam ceritanya. Tentang kita yang baru pertama kali melewati tugu, yang kata kamu unik itu. Tentang kamu yang melihat begitu banyak panorama alam yang sudah mulai tidak terawat. Tentang gemericik air jernih yang masih mengalir di sela-sela bebatuan. Atau tentang aku yang sempat terjatuh karena jalanan licin masih bertanah sehabis hujan, di desa yang hari ini kita kunjungi. Tentang mereka anak-anak desa yang masih begitu polos dan riang itu. Tentang keramahan penduduk yang menyambut hangat kita, kehangatan yang jarang kita rasakan di kota besar ini. Tentang semangat kebersamaan mereka saat sama-sama memperbaiki jembatan yang sudah tua. Suatu hari nanti semua yang sudah kita lewati hari ini akan berubah bukan? atau bahkan hilang termakan zaman. Karena itu aku ingin mengabadikannya. Untuk bahan cerita ketika di usia senja nanti. Cerita yang mungkin tidak akan pernah di alami anak cucuku nanti." Aya menutup bukunya.
"Neeeeeek di manaaaaa?" Nurhaya tersentak oleh teriakan cucunya, ketika sedang membaca kisah di halaman 130 buku kumalnya. Kisah yang pernah ia tulis 40 tahun silam, tentang kenangannya bersama Risa yang sudah lebih dulu tiada. Di atas kertas kusam, kenangan itu menari-nari dan berputar kembali di ingatan, di usia senjanya.
****
"Setiap perjalanan hidup adalah sebuah cerita, dan mungkin sering kita lewati begitu saja hingga akhirnya lenyap tidak menyisakan kenangan yang berarti. Ayo abadikan mereka dengan tulisan. Suatu saat itulah yang akan kita rindukan. Sudah menulis apa hari ini?"
NB: Akhir-akhir ini sedang di landa malas BW, jadi maaf kalau ada jejak yang tidak di seberangi. Semoga cepat hilang rasa malasnya dan nanti berkunjung lagi. Terima Kasih..
Saya tertarik dibagian setiap jengkap langkah kita ini untuk apa? Mencerahkan. Hidup memang hanya satu kali dan sebaiknya dimanfaatkan sebaiknya. Terima kasih sudah berbagi, Izin sedot gan
BalasHapusYahaa memang, tulisan bisa menyimpan kenangan. Dan tentunya dengan menulis kita "abadi" :)
BalasHapusmenarik, mengabadikan setiap moment2 berharga dengan tulisan (blog) sangat menyenangkan..
BalasHapusUdah jarang nulis lagi, ide-ide dalem benak udah agak mentok. Emang banyak sih ide, cuma lagi males hehehe
BalasHapusjadi inget kultwit Salim A. Fillah tentang menulis, Semoga bisa kita ambil pelajaran :
BalasHapusMenulis adalah mengikat jejak pemahaman. Akal kita sebagai kurniaNya, begitu agung dayanya menampung sedemikian banyak data-data. #Write
Tapi kita kadang kesulitan memanggil apa yang telah tersimpan lama; ilmu dahulu itu berkeliaran & bersembunyi di jalur rumit otak. #Write
Maka menulis adalah menyusun kata kunci tuk buka khazanah akal; sekata tuk sealinea, sekalimat tuk se-bab, separagraf tuk sekitab. #Write
Demikianlah kita fahami kalimat indah Asy Syafi’i; ilmu adalah binatang buruan, & pena yang menuliskan adalah tali pengikatnya. #Write
Menulis juga jalan merekam jejak pemahaman; kita lalui usia dengan memohon ditambah ilmu & dikaruniai pengertian; adakah kemajuan? #Write
Itu bisa kita tahu jika kita rekam sang ilmu dalam lembaran; kita bisa melihat perkembangannya hari demi hari, bulan demi bulan. #Write
Jika tulisan kita 3 bulan lalu telah bisa kita tertawai; maka terbaca adanya kemajuan. Jika masih terkagum juga; itu menyedihkan. #Write
Lebih lanjut; menulis adalah mengujikan pemahaman kepada khalayak; yang dari berbagai sisi bisa memberi penyeksamaan & penilaian. #Write
Kita memang membaca buku, menyimak kajian, hadir dalam seminar & sarasehan; tapi kebenaran pemahaman kita belum tentu terjaminkan. #Write
Maka menulislah; agar jutaan pembaca menjadi guru yang meluruskan kebengkokan, mengingatkan keterluputan, membetulkan kekeliruan. #Write
Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas tambahan pengertian; kian bening, kian luas, kian dalam, kian tajam. #Write
Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui batas-batas waktu & ruang. Ia tak dipupus usia, tak terhalang jarak. #Write
Menulis memerlukan kata yang agung & berat itu; IKHLAS. Kemurnian. Harap & takut hanya padaNya. Cinta kebenaran di atas segala. #Write
Maka menjadi penulis yang ikhlas sungguh payah & tak mudah, ada goda kotoran & darah, kekayaan & kemasyhuran, riya’ & sum’ah. #Write
Jika ia berhasil dilampaui; jadilah tulisan, ucapan & perbuatan sang penulis bergizi, memberi arti, mudah dicerna jadi amal suci. #Write
#semoga nggak jadi spam aja*
ini lanjutannya yah?
Hapushha
jadi kebaca juga nih :)
Termotivasi nulis lagi, mungkin harus lebih dinaikin jam terbangnya :)
Thanks2.
iya nie, jadi seperti lanjutanya. :)
Hapussalah satu gunanya ngeblog kah? mencatat suatu hal yang terlintas dalam pikiran, lalu nanti ketika kita sedang rindu kita bisa membacanya kembali, sekaligus membaca komentar teman2 yang mungkin saat itu sudah tidak kita ketahui lagi keberadaannya..
BalasHapusTernyata Nurhaya sudah jadi nenek nenek. Waah saat aku tua nanti aku juga mau punya cerita biar bisa dibaca n dikenang terus diceritain lagi buat anak cucu haha. Tapi aku tetep aja gak kepengen tuaa huahaha.
BalasHapusHari ini belum ada tulisan yang terlahir kecuali komentar ini ^^ tetep rajin nulis bang! :D
Jadi... mending ditulis di buku yak?
BalasHapusKalo di blog... bukanya tergantung listrik ama sinyal dooong :D
Sangat Inspiratif ceritanya... :)
BalasHapusBLognya juga full Motivasi... :)
Hadir perdana di mari, bawa oleh2 MP3 Kisah Inspiratif Bag. XV, reviewnya ditunggu Sob... Thanks,
wowww keren...
BalasHapusdari kecil aku sudah sering nulis diary atau pengalaman yang aku alami..
kalo di baca lagi itu biasanya senyum2 sendiri, bernostalgia gitu.. hehe
hmmm.., benar jg sob..., emank hrs ada momen2 dimana hrs 'dihitam putihkan' cz tdk semua kenangan itu akan terekam scr detail olh otak.
BalasHapussebenarx dr dlu jg pengen jd penulis tp liat aja nantilah.. *smile
Selamat berakhir pekan ya..
aku juga sering nulis di buku kalo abis ngapain gitu yang bisa di kenang, kalo ngebaca suka bikin senyum2 ngingetnya :D
BalasHapusberuntungnya saya yang senang menulis..jadi kenangan ga pernah ilang :)
BalasHapusSering nulis sih,, tapi selalu kejadian-kejadian gagal yang gue tulis...:D
BalasHapusinilah yang disebut sejarah dan fungsi waktu.. sebuah fungsi/persamaan yang tidak memiliki garis mundur..
BalasHapussaya bahkan ingin mulai mengoleksi wajah saya terbingkai dalam foto.. :)
Menulis yaa....aku lebih suka menulis daripada harus bercerita karena dg menulis kita bisa bercerita sepuas kita. Cerita yg tertuang dalam tulisan lebih bermakna daripada hanya sebuah cerita.
BalasHapusThanks Ayaaa... Aku ngerti. Hehe^_^
BalasHapusiya ya, tulisan bisa bikin kenangan ternyata... tapi itu dia, malesnya kadang ga ketulunga. beda ma cewe kali ya,...
BalasHapussetiap masa yang pernah kita lewati adalah kenangan. Entah kenangan indah atau kenangan suram. Tapi biarlah semua hanya tinggal kenangan, rasa yang dulu pernah ada biarlah menjadi hambar.
BalasHapus