Semakin jauh aku memasuki sekolah ini. Rasanya aku sudah mulai menangkap wajah-wajah penuh ekspresi di sekelilingku. Entah itu wajah bersahabat menyambutku, wajah prihatin, wajah ketidakpercayaan ada murid baru yang cacat dengan kedua kaki serta tangan yang tidak normal, bengkok dan menekuk. Dan semua itu akan jadi pemandangan mereka di sekolah yang mereka banggakan ini.
Tapi sama sekali aku tidak risih di perhatikan seperti itu. Seperti pesan ayah “Jangan jadikan kekuranganmu menjadi batasan untuk bergerak. Ayah yakin suatu saat kamu akan jadi orang besar.” Seperti itulah nasihat ayah yang aku pegang, nasihat yang membuat aku jadi lebih kuat. Yang ia berikan sewaktu aku kecil ketika merasa jadi anak yang nggak berguna lahir di dunia. Dengan segala kekurangan pada diriku. Ya aku percaya kata-kata semangat ayah itu. Dan aku pasti bisa mewujudkan harapannya.
***
Sudah hampir dua tahun aku ada di sini. Di tempat yang megah, di sisi lain keterasingan. Seperti biasa aku menghabiskan waktu istirahat untuk mengulang pelajaran. Di bawah pohon taman sekolah atau di dalam perpustakaan. Sayang perpustakaan di sini letaknya di lantai tiga. Jadi hanya sesekali aku berdiam di sana. Ya karena aku tidak ingin merusak kosentrasi belajarku setelah dari sana karena kecapean turun naik tangga.
“Hei Haqi, kamu nggak ke kantin?” Rahma menyapaku.
“Eh, kamu Rahma. Nggak aku bawa bekal lagi hehe.. kamu nggak ke kantin juga?” meskipun hatiku berkata aku tak ingin mereka jijik melihat cara makanku dengan tangan ini. Seperti kerutan wajah yang sering aku lihat ketika aku mulai menuliskan pelajaran dengan tangan yang berbeda yang kupunya.
Bisa di bilang hanya Rahma yang tidak enggan menyapaku. Ya dia gadis yang manis, baik, smart dan juara umum di sekolah ini. Sedangkan temanku yang lain hanya menyapaku seperlunya saja. Misal hanya untuk meminjam catatan, melihat hasil PR dan sebagainya. Sedangkan saat istirahat mereka menghilang dengan ganknya entah kemana.
“Oh, iya aku lupa hoho.. nggak aku masih kenyang. Oh iya pelajaran terakhir ada ulangan kimia ya? Pasti kamu sudah siap,”
To be continue...
kenapa cuma segini bang???
BalasHapusudah siapin tissue ama tomket goreng banyak ini...
baca dari awal dong ikaaaaaa....
Hapusampun Bang...ampun...jangan gemes gitu sih..wkwk
Hapusiya,ini barusan abis baca...<==kan jarang bisa BW :(
iiih gemes deh sama kamu, sampe pengen nakol rasanya...
Hapusemotnya balikin ah biar enakan di liatnya
#smile
sini bang,takol ajah...pake gulali :)
Hapus*senyum 5 jari* :D
^terdeteksi kaum 4l@y
HapusSEMANGAT HAQI..
BalasHapusdan disini baru tahu kekurangan Haqi.
Hebat yah dia, SEMANGATnya luar biasa :D
Iya... rasanya gw aja kalah -_-
Hapussama :D
Hapus:)
Hapusck... hhhshssssshshs...
BalasHapusck...hhhsshshhshsss
lidah ane lagi ada jerawatnya nih...
kayaknya rahma akan jadi tokoh besar.. :)
pipi sariawan yak?
Hapuskita liat aja nanti =D
Habis baca semangatnya haqi buat belajar jadi malu sama diri sendiri...
BalasHapusidem -_-
HapusYaaaaah bersambung lagi ya hihi.
BalasHapusDitunggu lanjutannya...
hoho udah ada mba un, makasih sudah menunggu :)
Hapusya bersambung padahal mau minta sampaikan salam kepada rahma, salam dari arra,,
BalasHapusditunggu nich bang uzay lanjutannya,,,
para pemirsa pada menunggu dengan ganasnya,,,
haha sabar sabar jangan ganas-ganas, gw nya keki ntar... oke nanti di salamain ke si doi..
Hapusada satu kata indah untuk menyambung itu mungkin saya bisa terinspirasi.
BalasHapus"if u cant make different, be different" (katanya una)
dan perbedaan itu bukan berarti kita tertekan ...
di tunggu lanjutannya ya
siiip itu yang ingin di sampaikan di cerbung ini :)
Hapuspenasaran dengan rahma. ditunggu di cerita selanjutnya.
BalasHapuskemarin komentarnya masuk SPAM bang..
Hapusehm, mantap nie. sayang ga di jelasin cara makanya ya, pake tangan? smua orang juga makan pake tanggan, tinggla tanganya pake sendok apa engga.. hahaha, salam gan.
BalasHapusnunggu kontinunya lagi ah
kalau terlalu di perinci kasian dengan tokohnya :) jadi biarkan saja pembaca menebak-nebak sendiri..
HapusBagian "dan tangan yang tidak normal, bengkok dan menekuk. Dan" kayaknya kebanyakan kata dan, Zi. Mungkin sebaiknya diganti serta, atau dihilangkan salah satunya. Sama yang bagian terakhir, "Oia" itu menurut gue, lebih menohok pake kata 'Oh iya!"
BalasHapusoke udah di perbaiki mas bro.. hoho..
Hapus