Riuh
rendah suara hafalan terdengar merdu, membawa kesejukan penghuni Saung Alif.
Rupanya Syauqi tidak bisa sekedar mengambil beberapa berkas di sana, ada
beberapa staff pengajar yang tidak bisa membimbing hari ini dikarenakan sakit.
Mau tidak mau Syauqi turun tangan ikut membimbing, mengingat banyaknya
anak-anak yang sudah berniat belajar.
Setidaknya ia berada di lingkungan yang sedang melantunkan ayat-ayat Allah,
sedikit banyak membantu menenangkan hatinya, meluruhkan penatnya.
“Loh kok di belakang pada berisik?
Hilman, Irgi ada apa?” Syauqi menegor kegaduhan dibarisan belakang.
“Itu Kak Uqi masa Irgi batal tapi nggak mau ambil wudhu lagi Kak.” Tanpa tedeng
aling-aling Hilman membeberkan kesalahan temannya. Seketika wajah Irgi bak
kepiting rebus karena malu.
“Nggak boleh gitu dong Irgi, kalau memang batal wajib wudhu lagi, apalagi
sedang memegang Al-Qur’an, sedang membacanya juga.”
“Memang kenapa harus wudhu Kak?” Tanya Irgi polos.
“Begini Irgi, kakak tanya deh, kamu sayang nggak sama mainan motoran polisi
yang kamu bawa itu?” Irgi kecil mengangguk. Syauqi sengaja menggunakan media
mainan yang sering dibawa Irgi ketika ke saung untuk memberi jawaban. “Kamu
tega nggak kalau dia kamu pegang padahal tangan kamu lagi kotor?” Irgi kecil
menggeleng. “Memegang Al-Qur’an juga gitu, harus disayang, harus dalam keadaan
bersih, jadi kalau batal harus ambil wudhu lagi, karena saat itu kita lagi
kotor."
“Oke kita tutup dulu deh Al-Qur’annya.” Serempak semua mengucapkan Shadakallah.
“Adik-adik kakak di sini kan sudah banyak yang beranjak remaja, coba mulai
jadikan wudhu itu sebagai keharusan, bukan sekedar kewajiban. Sebenarnya kalau
dunia ini mau aman, mau mengurangi kejahatan, atau pribadi kita sendiri ingin
selalu terjaga dari sifat-sifat yang merugikan, ya sederhananya dengan menjaga
wudhu. Karena dengan wudhu saja sudah banyak doa yang kita panjatkan. Misalnya
saat membasuh muka, dalam hati kita niat berwudhu untuk menghilangkan hadast
kecil, di hatipun sematkan doa, semoga diberikan kemuliaan wajah, dijaga
pandangan mata untuk tidak melihat yang buruk.”
“Terus ketika membasuh kedua
tangan sampai siku, dalam hati berdoa, semoga tangannya dipelihara untuk nggak
mengambil yang bukan haknya, nggak melukai dan membuat kerusakan. Ketika
membasuh sebagian kepala, sematkan doa di dalam hati, semoga air yang terbasuh
itu selalu menjernihkan pikiran, selalu diberi petunjuk dan jalan terang.
Ketika membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dalam hati berdoa semoga
langkahnya selalu berada dijalan kebenaran, jalan ke ridhaan, nggak salah
langkah dan diselamatkan hingga menuju jalan yang lurus, jalan yang diberikan
nikmat oleh Allah.”
“Tentu saja doa-doa itu adalah harapan untuk menuju syurga, dan melakukan
wudhunya dengan cara yang benar, dengan tertib. Masya Allah, secara nggak langsung Allah sudah menjaga diri kita dengan
memerintahkan berwudhu. Apalagi kalau wudhu sudah sampai tahap kebutuhan lebih
bagus lagi. Insya Allah sifat-sifat
jelek pada diri kita akan berkurang.” Syauqi menghela napas.
"Kak kalau begitu berarti ambil wudhunya lama banget dong Kaaa,
habis berdoa teruuss." Celetuk Irgi yang membuat beberapa temannya tertawa,
tapi kakak-kakaknya melotot ke arahnya.
“Memangnya
kamu kalau wudhu seperti capung lagi kepanasan minum air.” Lagi-lagi riuh tawa
membahana. “Ssssst, tertawanya nggak boleh sampai terbahak. Nggak lama kok Irgi,
itukan cuma penjabaran dari setiap doa ketika kita berwudhu, nggak harus
dibacakan seperti yang tadi kakak ucapkan. Jadi jangan malas-malas berwudhu ya.
Ayo yang batal ambil wudhu lagi, sudah masuk Shalat Dzuhur. Hilman kamu Adzan
ya.”
“Iya
Kak.”
#NafAs 2 Masa Hal. 110
***
Apa
yang kamu katakan saat ini, yang kamu lakukan hari ini. Suatu saat
nanti sedikit banyak akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri jika
kamu tidak berhati-hati melakukannya. Lihat saja, berapa banyak orang
yang celaka karena lidahnya sendiri. Berapa banyak orang yang jatuh ke
lubang yang ia buat sendiri. Berapa banyak orang yang tidak memahami
semua itu dan belajar atas kesalahan sendiri. #Cermin diri.